Selasa, 01 Desember 2009

FENOMENA FILM 2012

Apa jadinya jika masyarakat konservatif dihadapkan kepada kecanggihan modernisasi? Tak anyal pasti akan ada benturan kebudayaan dan kepercayaan. Yup, fenomana itulah yang sedang terjadi didalam masyarakat Indonesia sekarang ini sejak beredarnya film 2012 karya sutradara Roland Emmerich. Film yang menceritakan mengenai kisah akhir jaman ini memang menjadi kontroversi akhir-akhir ini dikarenakan mengusung atau menggiring opini masyarakat untuk percaya bahwa hari kiamat akan terjadi di tahun 2012.

Aksi protes pun dilakukan oleh beberapa elemen masyarakat tak terkecuali anak-anak Sekolah Dasar bahkan Majelis Ulama (MUI) Malang dan Kalimantan Selatan mengeluarkan imbauan (fatwa) larangan menonton film 2012. Apa yang menyebabkan begitu dahsyatnya efek 2012 ini?

Sebagai seorang maniak dan penikmat film hal tersebut cukup menggangu jalan pikiran saya dan sampai sekarang pun sulit untuk mendapatkan sebuah titik terang mengenai fenomena 2012 di Indonesia. Dan jika anda telah banyak menonton dan mempunyai referensi film yang cukup maka film 2012 ini adalah tipe film yang biasa saja tipikal dari sutradara Roland Emmerich yang sebelumnya sukses dengan film bergenre sejenis seperti Independence Day atau The Day After Tommorow plus film-film sebelumnya yang semuanya bertemakan action dan kehancuran.

Mengetahui jejak rekam (track record) dari sutradara sangatlah penting untuk menilai film yang akan direview karena masing-masing sutradara mempunyai karakteristik masing-masing. Tentu sangat aneh jika melihat Joel dan Ethan Coen tiba-tiba menyutradai film-film bergenre disaster. Nah disinilah letak pengamat film dengan para penonton biasa. Pengamat film akan menilai keseluruhan unsur film namun penonton hanya melihat apa yang dia lihat saja.

Beberapa waktu yang lalu ketika film Da Vince Code dan Angels and Demon karya Ron Howard beredar banyak juga pro dan kontra khususnya dari kalangan Katolik (termasuk keluarga saya). Film-film tersebut disinyalir menggunakan informasi, data dan fakta Katolik yang beberapa diantaranya disalahgunakan di film namun tidak serta merta Gereja Katolik melarang peredaran filmnya. Seperti diketahui bahwa Katolik mempunyai banyak rahasia-rahasia terpendam dan hal itu tentu akan menjadi sebuah objek yang potensial untuk dijual ala Hollywood.

Penggunaan data-data, referensi yang aktual terkadang digunakan di film-film sebagai bahan pemanis (hook) dari film itu sendiri untuk menarik perhatian penonton dan menjadi basis bahwa film ini memang aktual. Banyak diantara kita yang kadang tertipu. Khusus di situs sinema terpecaya imdb.com film ini ratingnya hanya 6,50 dari skala 10!

Menyikapi film 2012 tentu membutuhkan sebuah pemikiran yang kritis pula bukannya hanya menelan mentah-mentah film tersebut. Selain alur cerita yang sangat khas Roland Emmerich dimana bencana besar datang dan hanya beberapa orang saja yang selamat kita juga sebenarnya dapat melihat kecanggihan efek modern film ini yang memang saya akui sangat real dan halus. Dan apa yang Emmerich ingin sampaikan melalui efek kehancuran dunia berhasil disampaikan dengan cukup nyata namun tidak dengan hari kiamatnya.

Oleh sebab itu masyarakat Indonesia inilah saat yang tepat untuk menjadi masyarakat yang cerdas dalam menyikapi sebuah film, film 2012 lebih bermutu dari segi alur cerita dan teknologi daripada film-film nasional Indonesia yang hanya berceritakan cinta dan supranatural. Bagi MUI, mengeluarkan fakta pelarangan menonton film 2012 sama saja anda membantu promosi dan distribusi dari film itu sendiri karena dengan sendirinya anda mengajak masyarakat untuk menontonnya. Coba lihat antrian panjang orang-orang yang menunggu untuk menonton di bioskop pasca pelarangan peredaran film 2012 belum lagi penjualan DVD dan hasil download di internet.

Antara kepercayaan dengan teknologi dan entertainment memang bukan hal yang tepat untuk diperbandingkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar