Senin, 19 April 2010

PERILAKU GURU

Artikel ini bersumber dari internet (Artikel Pendidikan Network – SIKAP DAN PERILAKU GURU YANG PROFESIONAL.htm), Yang di tulis oleh seorang Guru SDN Anjasmoro 02 Semarang, pada tanggal 3 Agustus 2007.

BAB I PENDAHULUAN, di uraikan tentang latar belakang masalah Guru sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Pada bab ini juga di ulas tentang Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).

Akan tetapi saat ini Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan muncul kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum daripada memberi reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok guru berbuat asusila terhadap siswanya.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar.

Pada bab pendahuluan ini penulis dengan baiknya mengungkapkan dasar berangkatnya pola berfikir untuk menuangkan tulisannya.
Pada Rumusan Masalah di fokuskan terhadap permasalahan ; Bagaimana sikap dan perilaku guru yang profesional itu? dan Mengapa sikap dan perilaku guru bisa menyimpang?

Manfaat dan Tujuan yang di inginkan dari penelitian ini adalah ;
Mendeskripsikan penyebab sikap dan perilaku guru bisa menyimpang dan mendeskripsikan sikap dan perilaku guru yang profesional.

BAB II PEMBAHASAN , pada bab ini di jelaskan tentang konsep Dasar Sikap dan Perilaku yang bersumber dari pendapat Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) “sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek”. Juga kutipan dari pendapat Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) “ sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Kedua pendapat tersebut akan lebih baik lagi jika di dukung oleh teori kondisi Ivan Petrovich Pavlop seorang ahli psikolgi yang menulis buku Conditioned Reflexes (1927)
Selanjutnya juga dibahas tentang struktur sikap siswa terhadap konselor terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas:
Komponen kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif yang merupakan perasaan atau emosi seseorang terhadap sikap. Dan Komponen konatif yang merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi, bertindak terhadap objek sikap.
Pada bagian ini juga di kutip pendapat Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu:
Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat yaitu fungsi yang berkaitan dengan sarana tujuan. Fungsi pertahanan ego merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. . Fungsi ekspresi nilai yaitu Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dan Fungsi pengetahuan yangi mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu.
Selanjutnya di uraikan pula tentang proses timbulnya atau terbentuknya sikap yang dapat dilihat pada bagan sikap berikut ini:
Faktor Internal
-Fisiologis
-Psikologis

ObjekSikap

Sikap

FaktorEksternal
-Pengalaman
-Situasi
-Norma-norma
-Hambatan
-Pendorong

Reaksi

Penjelasan yang di berikan oleh penulis bahwa pada Bagan Proses Timbulnya Sikap
yaitu sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh terhadap sikap yang ada pada diri seseorang.
Sementara itu reaksi yang diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Sikap yang diambil pada diri individu dapat diikuti dalam bagan berikut ini:
• Keyakinan
• Proses Belajar
• Cakrawala
• Pengalaman
• Pengetahuan
• Objek Sikap
• Persepsi
• Faktor- Faktor lingkungan yang berpengaruh
• Kepribadian
• Kognisi
• Afeksi
• Konasi
• Sikap
Sedangkan untuk Bagan Persepsi dikutip dari Mar’at (1982:23) dengan perubahan. dijelaskan bahwa sikap akan dipersepsi oleh individu dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam persepsi objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan individu mengenai objek sikap dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan mengiringi hasil kognisi terhadap objek sikap sebagai aspek evaluatif, yang dapat bersifat positif atau negatif. Hasil evaluasi aspek afeksi akan mengait segi konasi, yaitu merupakan kesiapan untuk memberikan respon terhadap objek sikap, kesiapan untuk bertindak dan untuk berperilaku. Keadaan lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap objek sikap maupun pada individu yang bersangkutan.
Mengukur sikap bukan suatu hal yang mudah sebab sikap adalah kecenderungan, pandangan pendapat, atau pendirian seseorang untuk meneliti suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya, dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Dalam penelitian sikap, tergantung pada kepekaan dan kecermatan pengukurannya. Perlu diperhatikan metode yang berhubungan dengan pengukuran sikap, bagaimana instrumen itu dapat dikembangkan dan digunakan untuk mengukur sikap. Azwar (2000:90) menjelaskan bahwa, metode yang bisa digunakan untuk pengungkapan sikap yaitu:

1. Observasi perilaku, Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten (terulang) misalnya tidak pernah mau diajak nonton film Indonesia, bukanlah dapat disimpulkan bahwa ia tidak menyukai film Indonesia. Orang lain yang selalu memakai baju warna putih, bukankah dia memperlihatkan sikapnya terhadap warna putih. Perilaku tertentu bahkan kadang-kadang sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya.
2. Pertanyaan langsung,Asumsi yang mendasari metode pertanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.

3. Pengungkapan langsung, Suatu metode pertanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Prosedur pengungkapan langsung dengan item ganda sangat sederhana. Responden diminta untuk menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respondennya yang dilakukan secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur. Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengungkapan langsung yaitu dengan menggunakan skala psikologis yang diberikan pada objek.

Selanjutnya di jelaskan tentang Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional, berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:
1. mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2. menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3. menggunakan destruktif discipline,
4. mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5. merasa diri paling pandai di kelasnya,
6. tidak adil (diskriminatif), serta
7. memaksakan hak peserta didik (Mulyasa, 2005:20).
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:
1. kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2. kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3. kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4. kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negati, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap(Azwar,2000:15).

Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam Azwar (2000) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata namun juga ditentukan faktor eksternal lainnya.

Selanjutnya penulis mengutip pendapat R.Tantiningsih dalam Wawasan 14 Mei 2005, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya: Pertama, menyiapakan tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh. Kedua, guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku. Ketiga, Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Kempat, adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.

Terkait dengan hal di atas, Hasil temuan dari universitas Harvard bahwa 85 % dari sebab-sebab kesuksesan, pencapaian sasaran, promosi jabatan, dan lain-lain adalah karena sikap-sikap seseorang.
Namun sayangnya justru kemampuan yang bersifat teknis ini yang menjadi primadona dalam istisusi pendidikan yang dianggap modern sekarang ini. Bahkan kompetensi teknis ini dijadikan basis utama dari proses belajar mengajar. Jelas hal ini bukan solusi, bahkan akan membuat permasalahan semakin menjadi. Semakin menggelembung dan semakin sulit untuk diatasi.
Menurut Danni Ronnie M ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain:
1. kasih sayang,
2. penghargaan,
3. pemberian ruang untuk mengembangkan diri,
4. kepercayaan,
5. kerjasama,
6. saling berbagi,
7. saling memotivasi,
8. saling mendengarkan,
9. saling berinteraksi secara positif,
10. saling menanamkan nilai-nilai moral,
11. saling mengingatkan dengan ketulusan hati,
12. saling menularkan antusiasme,
13. saling menggali potensi diri,
14. saling mengajari dengan kerendahan hati,
15. saling menginsiprasi,
16. saling menghormati perbedaan.
Pendapat ini sangat baik sekali bila dikaitkan dengan profesional seorang guru.

C. Faktor Penyebab Sikap dan Perilaku Guru Menyimpang

Menurut penulis bahwa Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan walapun belum menunjukkan hasil yang optimal. Pendidikan tidak bisa lepas dari siswa atau peserta didik. Siswa merupakan subjek didik yang harus diakui keberadaannya. Berbagai karakter siswa dan potensi dalam dirinya tidak boleh diabaikan begitu saja. Tugas utama guru mendidik dan mengembangkan berbagai potensi.

Menurutnya Jika ada pendidik (guru) yang sikap dan perilakunya menyimpang karena dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, adanya malpraktik yaitu melakukan praktik yang salah, miskonsep. Guru salah dalam menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tindakan kekerasan maupun pencabulan guru terhadap siswa merupakan pelanggaran.

Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun siswa sangat diperlukan. Jika kedua belah pihak siap secara fisik, mental, dan emosional, proses belajar mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin harmonis.

Ketiga, kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi pekerti sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pelengkap, lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Namun realitas di lapangan pelajaran yang didapat siswa kabanyakan hanya dijejali berbagai materi. Sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus diajarkan justru dilupakan.

Selain dari ketiga faktor di atas, juga dipengaruhi oleh tipe-tipe kejiwaan seperti yang diungkapkan Plato dalam “Tipologo Plato”, bahwa fungsi jiwa ada tiga, yaitu: fikiran, kemauan, dan perasaan. Pikiran berkedudukan di kepala, kemauan berkedudukan dalam dada, dan perasaan berkedudukan dalam tubuh bagian bawah. Atas perbedaan tersebut Plato juga membedakan bahwa pikiran itu sumber kebijakasanaan, kemauan sumber keberanian, dan perasaan sumber kekuatan menahan hawa nafsu.

Jika pikiran, kemauan, perasaan tidak sinkron akan menimbulkan permasalahan. Perasaan tidak dapat mengendalikan hawa nafsu, akibatnya kemauan tidak terkendali dan pikiran tidak dapat berpikir bijak. Agar pendidikan di Indonesia berhasil, paling tidak pendidik memahami faktor-faktor tersebut. Kemudian mampu mengantisipasinya dengan baik. Sehingga kesalahan-kesalahan guru dalam sikap dan perilaku dapat dihindari.

Bagaimanapun juga kualitas pendidikan di Indonesia harus mampu bersaing di dunia internasional. Sikap dan perilaku profesional seorang pendidik akan mampu membawa dunia pendidikan lebih berkualitas. Dengan demikian diharapkan mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

NASIB GURU SUKWAN

Nasib ribuan guru sukarelawan bisa membuat kita mengelus dada. Honornya hanya Rp 100.000 sampai Rp 200.000 per bulan. Jauh lebih rendah dari gaji seorang pembantu.

Ialah Elis Suryani, sudah empat tahun menjadi guru sukarelawan (sukwan) di SDN Sukamulya 2, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Ia rela dibayar Rp 100.000 per bulan yang disisihkan dari dana Biaya Operasional Sekolah (BOS).

Jika dana BOS kucuran pemerintah dipakai untuk membeli kapur dan alat-alat tulis lainnya, dia harus rela menerima honor Rp 75.000 untuk cucuran keringat selama sebulan. Sekali lagi, sebulan. Honor yang sama juga diterima ribuan guru sukwan lainnya.

Syamsul Daus (20), guru sukwan Olahraga dan Agama di SDN Filial Lebak Peundeuy 1 di Kampung Pasir Sireum, Kabupaten Lebak, Banten, bahkan sudah menyiapkan hati untuk tidak dibayar. ”Saya diminta untuk jadi guru sukwan karena di sekolah ini hanya ada satu guru. Soal honor, ya… kadang ada, kadang tidak ada. Kalaupun ada sekadar cukup untuk ngopi dan rokok saja,” kata Syamsul.

Kekurangan guru menjadi salah satu persoalan pelik di Provinsi Banten dan Jawa Barat. Banten, misalnya, hingga saat ini masih kekurangan 27.000 guru tetap. Sebanyak 16.854 di antaranya sudah dipenuhi calon pegawai negeri sipil (PNS). Sisanya diisi ribuan guru sukarelawan. ”Kalau tidak ada yang bersedia menjadi guru sukarelawan, terpaksa dibiarkan kosong,” kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten Eko Endang Koswara.

Kekurangan guru di Banten, menurut Eko, akan lebih parah lagi. Sampai tahun 2010 akan ada 30.000 guru tetap yang pensiun, sedangkan kebutuhan guru di Banten menjadi sekitar 89.000 guru. ”Karena itu, pengangkatan guru honorer dan calon PNS menjadi sangat mendesak,” ujarnya.

Adapun untuk guru sukarelawan, karena tidak ada anggarannya, mendapatkan honor dari dana BOS yang disisihkan. Sebagian sukwan ada juga yang mendapatkan honor dari sumbangan sukarela orangtua murid yang disetujui komite sekolah.

Di SDN Cikaret, Desa Sukatani, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, misalnya, hanya ada empat guru tetap berstatus PNS dan seorang guru calon PNS. Kekurangan empat guru terpaksa mengandalkan tenaga sukarelawan yang digaji Rp 125.000 per bulan dari dana BOS serta tambahan orangtua siswa Rp 50.000 per bulan. ”Meskipun kecil, saya rela karena prihatin dengan sekolah yang kekurangan guru,” kata Yanti, yang sudah empat tahun menjadi guru sukwan di SDN Cikaret.

Kebetulan ia juga lulusan D-2 pendidikan guru dan tinggal tidak jauh dari sekolah tersebut. Yanti yang warga asli Cikaret menerima honor Rp 175.000 per bulan.

Mencari pengalaman

Guru sukwan lain, Seli Rewnawati, yang menjadi guru Bahasa Inggris kelas IV-VI SDN Cikaret mengaku mau mengajar di sekolah terpencil karena mencari pengalaman untuk menjadi guru. Warga menampung Seli yang baru 5 bulan jadi sukwan untuk tinggal di rumah masyarakat sekitar sekolah secara gratis.”Kalau gaji mah, memang jauh dari cukup. Saya pulang ke rumah di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi saja habis Rp 50.000 sekali jalan. Ya, terpaksa masih minta orang tua. Tapi saya ingin cari pengalaman jadi guru. Kebetulan peluangnya ada,” kata Seli.

Di SMPN 1 Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, guru sukwan untuk bidang studi mencapai 13 guru. Masih banyaknya guru non-PNS menyebabkan sekolah tersebut tidak memenuhi syarat untuk ditingkatkan statusnya menjadi rintisan sekolah berstandar nasional.

Di sekolah ini, nasib guru sukwan sedikit lebih baik karena dibayar Rp 10.000 per jam. Supaya pembagian jam mengajar bisa merata, guru sukwan diberi kesempatan mengajar maksimal 30 jam per bulan yang berarti menerima gaji paling banyak Rp 300.000 per bulan.

Sementara di SMPN VI satu atap Ciayunan, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, hanya kepala sekolah dan wakilnya yang PNS. Sebanyak 10 guru bidang studi adalah guru sukwan. Sekolah hanya mampu memberikan gaji Rp 8.000 per jam.

Peluang tidak mudah

Meskipun pengabdian guru sukwan sama totalnya dengan guru PNS, peluang untuk diangkat menjadi guru bantu, lalu ”naik tingkat” menjadi calon PNS tidak mudah. Tetapi, banyak guru yang bertahan puluhan tahun hingga kesempatan pengangkatan itu datang.

Iis Rositah, guru CPNS di SDN Cikaret, misalnya, sempat menjadi guru sukwan selama 12 tahun di daerah terpencil dengan gaji sukarela dari orang tua siswa Rp 100.000 per bulan. Setelah ”naik tingkat” menjadi guru bantu, honornya naik menjadi Rp 710.000 per bulan. Iis pun diangkat menjadi CPNS dengan gaji Rp 1,2 juta per bulan.

M Haerudin (43), setelah 13 tahun menjadi guru sukwan, baru tahun ini diangkat menjadi CPNS di SDN Filial Lebak Peundeuy 1. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama ini, Haerudin terkadang menjadi kuli bangunan di kota dan menjadi petani. Namun, Haerudin selama ini berusaha keras untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di sekolah.

Inilah realitas guru sukwan. Entah kapan kondisi ini akan berakhir….semoga…..

INFO CPNS

Pengangkatan CPNS Tahun Ini 150 Ribu, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN-RB) memperkirakan calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang direkrut tahun ini lebih dari 150 ribu orang. Jumlah itu terus bertambah dengan peserta CPNS yang belum diterima pada tes sebelumnya dan tenaga honorer yang tersisa.


“Tahun ini, ada sekitar 150 ribu PNS yang pensiun. Berarti, PNS yang dibutuhkan tahun ini paling tidak berjumlah itu,” kata Deputi Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian PAN-RB Ramli Naibaho di Jakarta kemarin

Menurut Ramli, jumlah itu sangat mungkin bertambah. Formasi CPNS nanti ditambah dengan jumlah calon abdi negara yang belum terekrut tahun lalu. Tenaga honorer yang memenuhi syarat berdasar peraturan pemerintah (PP) No 48/2005 juga dimasukkan dalam jumlah CPNS yang hendak direkrut. “Ini honorer tersisa lho. Bukan honorer baru. Honorer baru kan sudah tidak boleh lagi,” imbuh Ramli.

Untuk memastikan jumlah definitif, Kemen PAN-RB bulan ini mengevaluasi kebutuhan PNS. Bahkan, pihaknya menurunkan tim verifikasi tenaga honorer ke daerah-daerah untuk memastikan berapa jumlah yang tersisa. “Paling tidak, hasil verifikasi bisa didapat pada Juli,” katanya.

Ramli memastikan seleksi CPNS tahun ini akan lebih kredibel. Pihaknya menggandeng Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) agar melibatkan sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) dalam pembuatan soal dan pengolahan hasil tes. “PTN yang dilibatkan harus kredibel. Bukan PTN sembarangan,” katanya.

Selain itu, sambungnya, seleksi CPNS tahun ini juga disesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah. Pada daerah-daerah prioritas pertanian, misalnya. PNS yang direkrut adalah mereka yang berlatar belakang pertanian dan agrobisnis. Hal yang sama berlaku untuk daerah pariwisata. Mereka yang direkrut adalah yang berkompetensi di bidang pariwisata.

Badan Kepegawaian Negara (BKN), kata Ramli, sudah mengirim surat ke daerah-daerah untuk menyampaikan prioritas pembangunan daerahnya. “Kami lihat juga, misalnya di daerah yang banyak terdapat usia produktif. Berarti petugas penyuluh KB (Keluarga Berencana) harus diperbanyak,” katanya.

Namun, dia belum bisa memastikan jumlah definitif kebutuhan PNS 2010. Menurut dia, jumlah pasti menunggu anggaran yang dijatah Kementerian Keuangan. Sebab, jumlah PNS yang direkrut disesuaikan dengan kemampuan negara menggaji mereka. Jumlah definitif itu, paling tidak dirilis Agustus. “Kami masih belum mendapatkan jatah anggaran. Jadi, belum bisa dipastikan,” katanya